Bismillahirrahmanirrahim,
Bingung ingin
memulainya dari mana, cerita tentang aku, kamu, dan kita serta kalian juga.
Fikiran ini hanya menguntai semua bagian bumi yang telah dijelajah, walaupun selama
kurang lebih hampir dua bulan tubuh ini telah berada dan kembali ke Ibu Pertiwi
tercinta. Apa rasa cintaku pada negri terhormat telah berganti dengan rasa
bimbang dan ketakutan??? Mungkin saja, tapi apakah iya?! Diri saja masih tidak
memahami keadaan isi kepala. Bimbang akan apa yang sebenarnya terjadi pada
tanah airku dan takut akan kemampuan diri yang tidak sanggup bertahan untuk
tinggal di atas bumi yang aku pijak saat ini, Indonesiaku…
Setelah
9 tahun raga ini bermain dan menetap di negara lain, 8 tahun di Sydney, Australia
dan 1 tahun di Manchester, UK dari saat berusia 18 tahun sampai 27 tahun.
Keputusan untuk kembali ke tanah kelahiranku seperti menyisakan banyak tanda
tanya dan pastinya keraguan. Kehidupan yang teratur, sistem yang jelas,
orang-orang yang berkomitmen pada waktu dan semua yang sebenarnya di ajarkan
agamaku ada di sana. Iya!! di negara yang mayoritasnya adalah orang-orang yang
beragama berbeda denganku, miris memang, tapi itulah adanya. Di sana diri ini
belajar lebih mengenal agama yang dianutnya, bangga menjadi seorang pengikutnya
dan berusaha menjalankan aturan yang disyariatkan. Walaupun, diri masih
menyadari betapa fakirnya ilmu tentang keyakinan yang dipercayainya. Tapi,
semangat mencari tahu melebihi kobaran keinginan batang mempertahankan daunnya.
Di sana pula, di tempat itu kebanggaanku atas negeri yang kaya akan hasil alam
dan indah akan hamparan bumi, tinggi meroket mencapai langit, setinggi keinginanku
untuk mengabdi padanya. Serta di sana, saat kebanyakan orang mengatakan “your
country is very poor and it will be hard to grow based on the research I have
read” (negara kamu sangat miskin dan akan sulit untuk berkembang berdasarkan
penelitian yang saya baca), diri ini bagai bara yang akan menjadi api, berlaju lewat
kata dan perbuatan untuk membuktikan kami adalah bangsa yang berwibawa. Tapi
sekarang, di manakah kebanggaan itu?? Di manakah rasa percaya diri itu?? Di
manakah wibawa itu?? Apakah hilang?? bersama asap yang menghancurkan negeri, yang
menjadi pengganggu bagi negara-negara tetangga, dan yang menghilangkan banyak
tunas-tunas bangsa yang mungkin saja suatu saat nanti dia bisa menjadi salah
satu pengharum nama negeri ini. Semua bagaikan gumpalan awan yang pekat, berlari-lari
di langit waktu saat ini, sehingga dia ingin bercerita dan bergurau dengan langit
di atasnya, dengan Tuhannya.
Sebagian
diriku merasa diri ini mengharuskan untuk focus dengan semua rencana-rencana
yang telah ditulis dan tetap berada di negara ini, tapi sebagian lain
membisikkan kata tidak mampu dan berakhir dengan keinginan untuk mencari ruang
pergi ke atas bumi yang lain. Harapan untuk mengabdi seperti perlahan pudar,
tapi rasa sayang ini tetap tinggal dengan impian menjadikan negeri terhebat. Selanjutnya
sebagian jiwa ini merasakan kenyamanan dengan dekapan, senyum, serta dukungan
orang tua dan orang-orang terdekat, yang pastinya menjadi alasan kuat untuk
tetap berada di sini. Aku yakin ini adalah tahapan menuju penerimaan atas
adaptasi yang sedang bergulat dalam benakku. Diri tidak mengerti, sampai kapan
dia akan bertahan, atau mungkin dia akan bertahan. Wallahu’alam…
Ungkapanku
pada negeri Ibu Pertiwi.
Seorang
anak negeri,
(Devi
Keumala)