Sunday 25 October 2015

Ungkapan pada Negeri

Bismillahirrahmanirrahim,
Bingung ingin memulainya dari mana, cerita tentang aku, kamu, dan kita serta kalian juga. Fikiran ini hanya menguntai semua bagian bumi yang telah dijelajah, walaupun selama kurang lebih hampir dua bulan tubuh ini telah berada dan kembali ke Ibu Pertiwi tercinta. Apa rasa cintaku pada negri terhormat telah berganti dengan rasa bimbang dan ketakutan??? Mungkin saja, tapi apakah iya?! Diri saja masih tidak memahami keadaan isi kepala. Bimbang akan apa yang sebenarnya terjadi pada tanah airku dan takut akan kemampuan diri yang tidak sanggup bertahan untuk tinggal di atas bumi yang aku pijak saat ini, Indonesiaku…

Setelah 9 tahun raga ini bermain dan menetap di negara lain, 8 tahun di Sydney, Australia dan 1 tahun di Manchester, UK dari saat berusia 18 tahun sampai 27 tahun. Keputusan untuk kembali ke tanah kelahiranku seperti menyisakan banyak tanda tanya dan pastinya keraguan. Kehidupan yang teratur, sistem yang jelas, orang-orang yang berkomitmen pada waktu dan semua yang sebenarnya di ajarkan agamaku ada di sana. Iya!! di negara yang mayoritasnya adalah orang-orang yang beragama berbeda denganku, miris memang, tapi itulah adanya. Di sana diri ini belajar lebih mengenal agama yang dianutnya, bangga menjadi seorang pengikutnya dan berusaha menjalankan aturan yang disyariatkan. Walaupun, diri masih menyadari betapa fakirnya ilmu tentang keyakinan yang dipercayainya. Tapi, semangat mencari tahu melebihi kobaran keinginan batang mempertahankan daunnya. Di sana pula, di tempat itu kebanggaanku atas negeri yang kaya akan hasil alam dan indah akan hamparan bumi, tinggi meroket mencapai langit, setinggi keinginanku untuk mengabdi padanya. Serta di sana, saat kebanyakan orang mengatakan “your country is very poor and it will be hard to grow based on the research I have read” (negara kamu sangat miskin dan akan sulit untuk berkembang berdasarkan penelitian yang saya baca), diri ini bagai bara yang akan menjadi api, berlaju lewat kata dan perbuatan untuk membuktikan kami adalah bangsa yang berwibawa. Tapi sekarang, di manakah kebanggaan itu?? Di manakah rasa percaya diri itu?? Di manakah wibawa itu?? Apakah hilang?? bersama asap yang menghancurkan negeri, yang menjadi pengganggu bagi negara-negara tetangga, dan yang menghilangkan banyak tunas-tunas bangsa yang mungkin saja suatu saat nanti dia bisa menjadi salah satu pengharum nama negeri ini. Semua bagaikan gumpalan awan yang pekat, berlari-lari di langit waktu saat ini, sehingga dia ingin bercerita dan bergurau dengan langit di atasnya, dengan Tuhannya.

Sebagian diriku merasa diri ini mengharuskan untuk focus dengan semua rencana-rencana yang telah ditulis dan tetap berada di negara ini, tapi sebagian lain membisikkan kata tidak mampu dan berakhir dengan keinginan untuk mencari ruang pergi ke atas bumi yang lain. Harapan untuk mengabdi seperti perlahan pudar, tapi rasa sayang ini tetap tinggal dengan impian menjadikan negeri terhebat. Selanjutnya sebagian jiwa ini merasakan kenyamanan dengan dekapan, senyum, serta dukungan orang tua dan orang-orang terdekat, yang pastinya menjadi alasan kuat untuk tetap berada di sini. Aku yakin ini adalah tahapan menuju penerimaan atas adaptasi yang sedang bergulat dalam benakku. Diri tidak mengerti, sampai kapan dia akan bertahan, atau mungkin dia akan bertahan. Wallahu’alam…

Ungkapanku pada negeri Ibu Pertiwi.

                                                                                    Seorang anak negeri,

                                                                                    (Devi Keumala)

Monday 3 November 2014

Kenyamanan ini melelahkan, sobat..."

Ok Fine!! Kata itu sering terdengar saat kita berusaha untuk mengerti dan mencoba menerima apa yang orang lain lakukan, namun tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan... Banyak kata yang menggantikan sebenarnya dalam hati, saat semua ingin disampaikan tapi terasa sulit untuk dikeluarkan dengan kata-kata, karena hal yang ditakutkan adalah menyakiti. 

Persahabatan yang semakin banyak menyita fikiran dan hati, untuk bisa saling menjaga, saling tau apa yang diinginkan dan akhirnya membentuk kata "nyaman". Memang hal ini terkadang membutuhkan waktu, bukan sehari atau dua, tapi bisa mencapai tahunan. Saat semuanya sudah dimengerti, mungkin kata sudah jarang untuk harus dikeluarkan sebagai penjelasan. Kata hanya sebaris ajakan untuk jalan bersama, berkomunikasi lewat selular ataupun  chatting dengan social media. 

Persahabatan yang membentuk kata "nyaman", adakah semuanya harus dilalui untuk menjaga hati agar tetap mengokohkan dinding yang sama, yang tidak mungkin untuk dilewati, sulit untuk diperkirakan dan pada akhirnya lagi menciptakan ego tinggi dalam diri masing-masing yang merasa memilikinya. Dua insan, laki-laki dan perempuan menguntai persahabatan dengan perbedaan watak, tingkah laku dan juga hati, dengan cara berfikir yang mendominankan keutuhan rasa "nyaman".

Pada satu titik dimana hati merasa memiliki, jiwa bersemangat untuk mengetahui bahwa diri memiliki seseorang yang setia, tapi tidak diketahui bahwa dinding pemisah tetap berada diantaranya. Perasaan tidak membutuhkan orang lain, karena ada rasa memiliki sahabat terbaik, mempunyai dia yang bisa mengerti seluruh keluh dan kesah yang akan dilontarkan, dan membimbing diri untuk kembali kepada kesyukuran. Iya, semua karena ada rasa "nyaman". 

Tapi sayang, "kenyamanan ini melelahkan, sobat!!! Saat semua cerita harus berbalik, saat semua kebiasaan bersama menjadi hanya sebuah cerita masa lalu, saat diri mengerti bahwa melewati dinding pemisah adalah sebuah khayalan, saat tau bahwa rasa "nyaman" itu pergi dari diri kita berdua, menjauh untuk menjadikan kita insan yang kaku.

Kaki kita melangkah ke arah yang berbeda, tangan kita mengayuh pada dayungan yang berkebalikan, rasa "nyaman" kita berteriak untuk tidak didekati lagi. Pengakuan diri atas keinginan untuk menyampaikan bahwa diri ini tidak ingin lagi memupuk sebuah batang rapuh yang telah mati, perasaan apapun yang pernah ada di atas kata "nyaman" itu biarkan menjadi bingkai masa lalu yang harus ditinggalkan, tapi bukan untuk dilupakan...

Sekarang, langkah kaki kita semakin "nyaman" untuk menjauh, alunan hidup kita juga sudah sangat berbeda dan persahatan itu telah menjadi potret hidup masa lalu yang sedikit banyak telah membentuk diri ini menjadi aku yang sekarang....

Terima kasih, sobat... Diri ini hanya memohon untuk tidak mendekati dinding kokoh itu lagi, karena aku hanya ingin berlari sejauh mungkin dari khayalan palsu itu, aku ingin mengumpulkan energiku untuk menghancurkan dinding egoku, agar perasaan "nyaman" yang sebenarnya bisa aku dapatkan.

Aku yakin itu, pada hal yang terbaik dan pada hal yang tepat untukku dari Tuhanku, In Shaa Allah......



Dengan "kenyamanan" hati,

DEVI KEUMALA

Monday 16 June 2014

Proposal Ta'aruf

Komitmen untuk berta'aruf dan mencoba menjaga diri untuk tidak mendekati sebuah hubungan yang disebut dengan pacaran adalah sesuatu hal yang benar-benar harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Sekarang ini, pacaran adalah salah satu hal biasa dan pasti sering mengusik seseorang yang telah memilih cara syar'i ini sebagai pilihannya untuk mencari pasangan hidupnya.

Pertama kali saya memutuskan ta'aruf sebagai pilihan saya, banyak yang saya tanyakan kepada murabbi (guru) saya, diantaranya adalah apa sebenarnya ta'aruf itu? bagaimana prosesnya? Termasuk mempertanyakan kesiapan diri saya sendiri dengan bertanya apa tanda-tandanya? Dan yang paling penting juga tentang ta'aruf adalah membuat sebuah proposal, pastinya ini topik yang paling banyak saya tanyakan, dikarenakan saya belum pernah membuat itu sebelumnya. 

Setelah saya merasa semua sudah cukup jelas, saya pun membuat sebuah proposal ta'aruf. Mungkin ada baiknya saya menjelaskan tentang apa itu proposal ta'aruf. Proposal ta'aruf adalah tulisan tentang diri kita dan fikiran atau ide kita tentang pernikahan, visi dan misi sebagai manusia dan setelah menikah, rencana-rencana yang ingin dilakukan di masa depan, tentang keluarga kita dan lain-lain yang ingin kita ceritakan, sehingga saat nanti memulai sebuah proses, ikhwan (laki-laki)/ akhwat (perempuan) yang akan berta'aruf dengan kita, bisa mengenal sedikit, walaupun terkadang belum pernah bertemu.

Banyak cerita tentang ta'aruf yang saya dapat, berhubung Alhamdulillah kakak-kakak dan teman-teman satu pengajian dan orang-orang sekeliling saya banyak yang memilih cara ini. Dari cerita lucu tentang pertama kali bertemu, kisah sedih saat ta'aruf tidak dilanjutkan karena hal-hal yang tidak memungkinkan, sampai cerita ketegangan di hari pernikahan karena mereka tidak pernah bertemu dan baru bertemu pada hari H pernikahan... Subhanallah memang semua cerita-cerita itu.. Saya mempunyai kisah sendiri tentang ta'aruf ini, tapi belum bisa saya bagikan secara detail, dikarenakan saya sendiri masih dalam proses mencari :) In shaa Allah, jika saya sudah menikah suatu hari nanti, saya akan ceritakan sampai tamat, dikarenakan juga episode masih berjalan dan cerita masih dirangkum alias belum tamat dan juga judul tulisan ini tentang proposal ta'aruf bukan tentang ta'aruf, heheheh...

Satu hal yang pasti terjadi pada setiap insan yang akan mulai berproses dan menerima sebuah proposal ta'aruf dari lawan jenis yang akan berta'ruf dengannya yaitu perasaan deg-degan yang sangat hebat ditambah dengan fikiran yang menjadi tidak jelas dan bercabang-cabang :)

Sebuah email yang biasanya menjadi hal yang wajar menjadi aneh dan menegangkan saat ada sebuah email masuk dari murabbi dengan subject yang judulnya 'proposal ta'aruf dari ikhwan bla bla', jari tangan bergetar dan rasa-rasanya butuh tenaga extra besar untuk mampu membukanya :), ini dikarenakan diri memahami bahwa sebuah email ini bisa saja berisikan masa depan, heheh... Atau saat satu kumpulan kertas 'proposal ta'aruf dari ikhawan bla bla' disodorkan oleh murabbi saat liqo' (pengajian), lebih parah lagi perasaaannya pastinya :)

Saya yakin itulah jalan cinta Allah yang terrangkum dalam sebuah tulisan untuk mencari pendamping di dunia dan akhirat kelak.. In shaa Allah.. Semoga ridho dan rahmat Allah selalu terlimpah kepada kita semua, Amiin.... 

Tuesday 20 May 2014

Cinta dan Menunggu



Membaca sebuah kutipan seorang penulis bernama Paulo Coelho dalam tulisannya yang berjudul "By The River Piedra I Sat Down and Wept" yang berbunyi "Waiting. That is the first lesson I learned about love" (Menunggu adalah pelajaran pertama yang saya pelajari  tentang cinta), membuat saya ingin merangkai kata dan menjabarkan beberapa penjelasan tentang hal tersebut menurut penilaian saya sebagai seorang manusia.

Banyak hal yang dikaitkan dengan cinta, seperti pengorbanan, tawa, bahkan sampai tangis kesedihan pun sering dipasangkan dengan kata tersebut. Tapi menurut saya, kata menunggu paling tepat untuk disatukan dengan kata cinta. Dalam Islam sendiri setiap insan manusia menunggu keputusan dan takdir Allah tentang pertemuan terhadap cintanya, yaitu sesuatu yang berhubungan dengan “jodoh” atau pertemuan dengan pelengkap setengah agamanya.

Seperti lagu Afgan yang berjudul “Jodoh pasti bertemu”, menyiratkan keyakinan bahwa penantian adalah tidak akan sia-sia karena janji Allah yang terdapat dalam Q.S. Ar-Ruum (30):21 yang mempunyai arti “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan saysng. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yangberfikir” adalah pasti adanya.

Dalam menunggu takdir Allah tentang jodoh, kita diharuskan untuk terus belajar dan memperbaiki diri, karena pasti setiap manusia ingin medapatkan yang terbaik, maka dari itu, hal pertama yang harus dicapai adalah menjadi terbaik. Satu hal yang harus terus diingat dan dimengerti bahwa yang terbaik bukan selalu sesuai dengan yang kita inginkan, karena sesuatu yang kita inginkan belum tentu baik di hadapan Allah. Tetapi, In shaa Allah saat manusia mencoba untuk menajadi lebih baik waktu menunggu cintanya, maka Allah juga akan memberikan yang terbaik seperti tertulis dalam Q.S. An-Nuur (24):26 yang mempunyai arti” wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik (pula) ...


Ada cerita lain dalam menunggu cinta juga, khususnya bagi kaum hawa yang telah berkomitmen untuk mengikuti proses yang sesuai dengan syar’i dan tidak mengikuti budaya berpacaran, apalagi dalam masa penantiannya mereka tetap melanjutkan pendidikannya sampai strata 2 (S2) bahkan sampai strata 3 (S3). Keadaan ini banyak menghasilkan komentar dari teman, saudara dan juga orang sekitar akan ketakutan lawan jenis untuk mendekati karena jenjang pedidikan yang sangat tinggi, yang terkadang lebih tinggi darinya, sehingga ada perasaan minder untuk melamar atau menjadikan wanita tersebut sebagai pasangan hidup.

Saya yakin, seandainya laki-laki tersebut berpendidikan baik dan berfikir positif serta memiliki pemahaman yang baik terhadap agama akan mengerti dan tidak akan minder atau takut akan hal itu, karena dia yakin Allah menciptakan manusia dengan kekurangan dan kelebihannya masing-masing untuk saling memahami dan untuk disyukuri. Menurut saya, untuk membangun rumah tangga dan mendidik dan menghasilkan anak yang Subhanallah diperlukan ilmu yang sangat banyak dan luas, maka dengan terus belajar dan belajar secara formal atau non-formal bisa menjadi sarana untuk terus mengumpulkan ilmu. Kembali lagi jika manusia itu yakin akan kebesaran Allah dan yakin bahwa “janji Allah itu pasti”, maka tidak ada fikiran manusia yang menutup keluasan kekuasaan-Nya.

Kembali lagi cinta dan menunggu adalah dua hal yang sejalan, jangan takut, jangan gundah serahkan semuanya pada pangkuan-Nya, mengadu pada-Nya, maka semua ketakutan itu akan hilang... Sekali lagi ingat dan selalu resapi bahwa “janji Allah itu pasti”!!!!! Percaya bahwa Allah memiliki kata “kun fayakun” (jadi, maka jadilah), maka kerisauan adalah tidak berarti dan nihil. Allah menyuruh manusia untuk berusaha, berdo’a dan bertawakal atas takdir dan semua yang telah ditetapkan-Nya. Maka berbahagialah wahai hamba Tuhanmu :)

Tuesday 1 April 2014

Coba Dengarkan...


Terlintas kelu yang terlewatkan oleh mata yang terkadang memandang salah
Dilanjutkan dengan berbagi cerita apa adanya dengan melupakan kekurangan yang sering terlihat
Menghadapi kelebihan yang tampak namun tetap pada tempatnya dan terus tidak bergerak mencari kesempurnaan karena mengetahui bahwa pertimbangan terlalu banyak untuk diawasi
Namun senyuman dan penglihatan pasti bermain lagi dan lagi....

Ada kalanya semua permasalahan masing-masing kita harus dimengerti, karena semuanya ada untuk kita saling melengkapi dan membangun, bukan menjatuhkan kita pada rasa takut.
Kepekaan terhadap cinta itu sendiri juga tidak bisa dirasakan, tertutup oleh daun-daun hati yang tidak ingin beranjak dan tetap berdiam menuju arah jalan yang telah dipilihnya
Keberanian pun tidak ingin memperlihatkan keinginannya untuk melangkah lebih dekat lagi
Denyut jantung yang kita dengar berlari lagi dan lagi....

Aku terlalu membenci hal yang dilakukan terpandang biasa bagi sebagian orang, namun sangat bermakna berkebalikan dari kebaikan yang kucari
Berharap pada arah membelakangi dan kata ‘kita’ berlalu saat langkah kaki berlawanan, yaitu menjauh
Kejujuran hati seperti sulit untuk ditangkap dan dimasukkan pada sangkar kehidupan dan akhirnya kita bisa menuju kata memulai
Tapi saat ini keinginan hati kita hanya saling menatap dengan keangkuhannya lagi dan lagi

Kenapa tidak adanya kata untuk bisa menjadikan semuanya yang ada di benak kita sebagai garis lurus yang sama dan menjalaninya
Keegoisan masing-masing kita tercipta dan membuat semuanya menjadi tidak bermakna, sehingga petualangan lain kita mulai
Adakah waktunya saat kita saling mengerti dan pandangan mata kita menjawab tanpa mengeluarkan argumen
Lagi dan lagi tidak tercipta pada detik selanjutnya, karena pelarian kita terhenti untuk bergandengan dan membuka pintu baru bagi kita berdua

Allah Maha Tahu Sobat, kita makhluk-Nya, jadi biarkan waktu yang akan menjawabnya, In shaa Allah

Saturday 29 March 2014

My Name is Islam



Islam 101. Amal Ahmed Albaz

Let me, introduce myself.
My name, is Islam.
The root word of peace- salam,
Or even salema- meaning submission.
Which to a Muslim, is like his tuition.
It's his ticket in,

But before I begin,
Let me greet you, like I'm supposed to do,
So Assalamu alaikum, may peace be upon you!

You know? It's kinda' funny...
I'm accused of oppressing, when really I'm oppressed.
I've become on the list of things to detest.
I'm screamed in rage, in almost every protest,
& I've become the "red scare", a "threat to the west".


You see?
If you look at me, and all my obligations,
You'll see why I have such a great population,
It's cause there's the motivation,
And that sense of inspiration,
That keeps "Muslim" as their occupation.

To me, being a good Muslim means being a good person.
'cause I'll never ask you to kill or to slay,
Or to lie at least 5 times a day.
I'll never ask you steal, or to hate,
Or to swear or discriminate.

I actually tell you to smile to everyone you see,
Cause a smile's the best form of charity.
I tell you to not smoke and not to drink,
To stay clean and take showers so you simply don't stink.

I tell you to care for animals and treat them with care,
So yes, I'm against animal testing & abuse in case you weren't aware.
I tell you to treat those who treat you bitter...better.
I tell you not to be mad at someone for more than 3 days,
I tell you to respect women and lower your gaze.
I tell you that paradise lies under the feet of your mother,
I tell you to passionately love your significant other.
I tell you to never mistreat your wife!
I mean...if I tell you to care for animals, then what about the love of your life?

I tell you to be precious, and save yourself for the "one".
So you don't keep giving yourself away...till you're literally done.
I tell you to be moderate and that balance is key,
Just in the middle is the perfect place to be.
I tell you to excel in all that you do,
From that essay to that slam-dunk too!
I tell you to clear your ignorance and to never judge,
To love for your bro what you love for yourself; & to never hold a grudge.
I tell you how to be a good person. A person of peace, and a person of love.

&

They say I'm a terrorist,
An extremist.
And you know what? I am.
I am a terrorist; I terrorize terror,
I kill injustice to make this world fairer.
I am an extremist; I am extremely kind.
So beware of my extreme benevolence, to all of mankind.
Yes, there are those who kill and bomb in my name,
But if I don't approve, then why am I to be blamed?
In every religion, you'll find those who abuse it,
Thinking they have a permit,
To do wrong.

A religion maybe perfect, but the followers may not be.
So when mine commit mistakes, don't blame it on me.
I give what I got, and what I got is good.
So if they do otherwise...they misunderstood.



I'm not here to preach, I'm only here to teach.
I'm a professor in politics, economy and sociology.
In manners and etiquette, I got my PHD.
To all my teachings, I have two sources.
The book of God, and the words of the prophet are my resources.
I teach for free and to whoever desires to learn,
It's all for the sake of Allah, I ask for nothing in return.



Listen,
I'm not here to convert, but just to clear misconceptions.
With the way I'm viewed and my common perception.
Because yes, it hurts when I'm literally abused,
By some, who do it for pleasure, just to be amused.



By some, who just follow the "trend" cause they're clearly confused.
In a nutshell, my name is Islam,
And everything I do, goes back to Salam..peace.
& so as your prof, I need to make sure you pass this test called Life.


Hope you enjoy it, benefit from it and spread it inshAllah! :)

Twitter: https://twitter.com/AmalAlbaz
Facebook Page: http://www.facebook.com/albazpoetry 

Video Courtesy of Ink of Knowledge Productions
Ink of Knowledge YT Channel:http://www.youtube.com/inkofknowledge

Subhanallah.....

Thursday 27 March 2014

Bermain dengan kata "cinta"

Semua kata memiliki arti dan manusia paling sering mencari pengertian dari kata yang satu ini, yaitu "Cinta" dan saya termasuk di dalam golongan orang-orang tersebut. Berhubung cinta itu banyak, yang saya akan coba ceritakan adalah cinta terhadap lawan jenis...

Yang pertama saya lakukan adalah mengelompokkan kata ini dalam satu golongan, sehingga pengertiannya bisa dicari lebih detail lagi. Golongan yang saya pilih adalah "Perasaan". Perasaan sendiri adalah rasa yang tergerak dalam hati, baik itu berupa sedih, senang, tidak jelas atau sekarang disebut "galau", ataupun tidak suka/ kesal...

Uniknya cinta, semua rasa yang saya sebutkan di atas dirasakan bersamaan dalam satu proses yang terkadang mengakibatkan jantung berdegup kencang, keringat dingin ataupun merinding. Subhanallah, Maha Kuasa Allah yang telah menciptakan perasaan cinta pada diri manusia...

Dalam menjalani cinta itu juga banyak kebingungan yang saya rasakan dari semua hal yang saya lihat dan dengar. Tapi satu hal yang saya percaya yaitu cinta hakiki hanya ada di dalam pernikahan dan tidak percaya dengan cinta sebelum menikah, klo kata orang namanya gombal...

Saya melihat wanita yang sangat bersabar dengan apapun hal kurang baik yang dilakukan suaminya, karena cinta. Sebaliknya ada seorang pria yang rela melakukan apa saja dan menutup mata atas sifat dan tingkah laku istrinya yang tidak baik atas nama cinta.

Terkadang cinta itu saya dengar penuh amarah, terkadang terlalu lemah untuk diperjuangkan, dan terkadang hanya terasa oleh pandangan mata saja, tapi dikaitkan dengan cinta, banyak yang bisa mempertahankan pernikahannya satu  untuk yang terakhir.

Ada juga yang aneh saya pandang, mempertahankan sebuah pernikahan bisa dengan perkelahian yang setiap hari terjadi, karena saat perkelahian itu terjadi di situlah kepuasan terhadap cinta bisa dirasakan. Ada juga cerita lain tentang mempertahan cinta yaitu sepasang manusia hanya menatap satu sama lain dan semua pertanyaan dalam hidup mereka yang ingin ditanyakan terjawab..

Seunik dan seaneh itukah cinta?? Sepertinya saya belum pernah merasakan hal itu, ini mungkin dikarenakan juga ada rasa tidak percaya terhadap cinta sebelum menikah tadi. Tapi, saya juga tidak ingin membohongi diri saya sendiri, kalau saya pasti pernah merasa suka atau kagum terhadap seseorang.

Dalam mengerti cinta, jujur saja saya terlalu kaku dengan masalah ini, berhubung Alhamdulillah saya belum pernah pacaran dan kurang percaya juga dengan yang namanya hubungan sebelum menikah, lagian saya juga terfokus dengan apa yang saya kerjakan, sehingga seperti agak melupakan dan tidak menginginkan sebuah hubungan pacaran. Yang saya percaya adalah sebuah hubungan atau proses sebelum menikah yang disebut dengan ta'aruf atau perkenalan yang intinya adalah proses mencari cinta secara serius menuju pernikahan.

Permasalahannya, saya menjadi tidak peka terhadap cinta itu sendiri, saya tidak menyadari saat seseorang datang atas nama cinta kepada saya, yang terfikir hanyalah pertemanan dan asumsi-asumsi yang terbuat untuk menutup kemungkinan bahwa rasa cinta tidak akan mungkin sebelum menikah.

Mungkin ini proses saya bermain dengan kata 'cinta', yang saya ingin jaga kemurniannya untuk seseorang yang Allah tuliskam menjadi partner dunia dan akhirat saya nanti, In shaa Allah. Menurut saya, arti cinta tidak perlu dicari dengan sebuah hubungan pacaran, karena Allah sudah berfirman dalam Al Qur'an:

'Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah' (Q.S 51:49)

Jadi tidak ada yang perlu ditakutkan dan tidak perlu dirisaukan dengan masalah cinta :) Semangat selalu saudaraku ;-)